BAB 1
Pembahasan
Inflasi adalah fenomena kenaikan
harga-harga pada sebuah lingkup ekonomi. Tingkat inflasi biasanya diberikan
dalam persentase. Jika inflasi pada sebuah tahun adalah 10%, maka rata-rata
harga barang pada akhir tahun lebih mahal 10% daripada di awal tahun. Atau
dengan kata lain, nilai yang bisa dibeli oleh sejumlah uang berkurang 10% pada
akhir tahun dibandingkan dari awal tahun.
Inflasi dihitung secara statistik
dengan mengambil sampel harga-harga di pasaran. Karena itu bisa saja
perhitungan inflasi dari dua buah pihak berbeda antara satu dan yang lainnya.
Perbedaan ini disebabkan oleh faktor perbedaan cara pengambilan data, metodologi
yang berbeda, fokus penghitungan, serta waktu pengambilan sampel yang berbeda.
Dalam membicarakan mengenai masalah
inflasi, perlu kita membedakan diantara inflasi merayap (creeping inflation),
inflasi sederhana (moderate inflation) dan inflasi hiper (hyper inflation).
Tidak terdapat suatu ukuran tertentu yang dapat digunakan untuk membedakan
ketiga jenis inflasi tersebut, tetapi secara kasar dapatlah dikatakan bahwa
inflasi merayap adalah inflasi yang tingkatnya tidak melebihi 2-3 persen
setahun, inflasi sederhana adalah inflasi yang berada disekitar 5-8 persen dan
inflasi hiper adalah inflasi yang tingkatnya sangat tinggi yang menyebabkan
tingkat harga menjadi dua kali lipat atau lebih dalam tempo satu tahun.
Kenaikan harga ini diukur dengan
menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk
mngukur inflasi antara lain :
a.
Indeks biaya
hidup (consumer price index)
Indeks biaya hidup mengukur biaya atau
pengeluran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga
untuk keperluan hidup.
b.
indeks harga
perdagangan besar (wholesale pirce index)
indeks perdangangan besar meniti
beratkan pada sejumlah barang pada tingkat pedangangan besar.
GNP
deflator
GNP deflator adalah jenis indeks yang
lain. Berbeda dengan dua indeks di atas, dalam cakupan barangnya. GNP deflator
mencakup jumlah barang dan jasa yang mencangkup dalam perhitungan GNP, jadi
lebih banyak jumlahnya bila dibanding dengan dua indeks di atas GNP deflator
diperoleh dengn membagi GNP nominal (diatas harga Berlaku) dengan GNP rill
(atas dasar harga konstans)
GNP Deflator = GNP nominal x 100
GNP rill
Teori
Inflasi menurut berbagai sudut pandang
1)
Teori Kuantitas
Teori ini menyoroti hal-hal yang
berperan dalam proses inflasi, yaitu jumlah uang yang beredar dan anggapan
masyarakat mengenai kenaikan harga-harga. Inti dari teori kuantitas adalah
sebagai berikut. Inflasi yang bisa terjadi apabila ada penambahan volume uang
yang beredar. Tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar, gagal panen misalnya
hanya akan menaikan harga-harga untuk sementara waktu saja. Penambahan jumlah
uang ibarat” bahan bakar” bagi api inflasi. Apabila jumlah uang bertambah,
inflasi akan berhenti dengan sendirinnya.
Laju inflasi disebabkan oleh laju
pertambahan jumlah uang beredar dan anggapan masyarakat mengenai harga-harga.
Teori kuantitas ini di kemukankan oleh Irving Fisher. Adapun rumusnya sebagai
berikut :
Keterangan :
M = Jumlah uang yang beredar
V = Kecepatan perputaran uang
P = Tingkat harga
T = Banyaknya transaksi
Di setiap transaksi, jumlah yang
dibayarkan oleh pembeli sama dengan jumlah uang yang diterima penjual. Hal ini
berlaku untuk seluruh perekonomian.
Dalam periode tertentu nilai barang dan
jasa yang dibeli harus sama dengan nilai barang dan jasa yang dijual. Nilai
barang yang dijual sama dengan volume transaksi (T) di kalikan harga rata-rata
barang tersebut (P).
2)
Teori Keynes
Menurut John Maynard Keynes. Inflasi terjadi
karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Keynes
berpendapat, proses inflasi adalah proses perebutan bagian rezeki diantara
kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar dari yang
bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Oleh keynes proses perebutan ini
diterjemahkan menjadi keadaan di mana permintaan masyarakat terhadap barang
selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. Peristiwa tersebut
menimbulkan apa yang disebut celah inflasi atau inflationary gap.
Celah inflasi ini timbul karena
golongan-golongan masyarakat berhasil menerjemahkan aspirasi mereka menjadi
permintaan yng efektif terhadap barang. Golongan-golongan masyarakat yang
dimaksud yaitu pemerintah, pengusaha, dan serikat buruh. Pemerintah berusaha
memperoleh bagian lebih besar dari output masyarakat dengan cara mencetak uang
baru. Pengusaha melakukan investasi dengan modal yang diperoleh dari kredit
bank, serikat buruh atau pekerja memperoleh kenaikan harga. Hal ini terjadi
karena permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia, maka harga-harga
akan naik. Adanya kenaikan harga-harga ini menunjukan sebagian dari
rencana-rencana pembelian barang dari golongan-golongan tersebut bisa dipenuhi.
Proses inflasi akan terus berlangsung
selama jumlah pemintaan efektif dari semua golongan masyarakat melebihi jumlah
output yang dihasilkan. Namun apabila permintaan efektif total tidak melebihi
harg-harga yang berlaku dari jumlah output yang tersedia, maka inflasi akan
berhenti.
3)
Teori
Strukturalis
Teori ini didasarkan atas pengalaman di
Negara-negara amerika latin. Teori ini memberikan perhatian yang besar terhadap
struktur perekonomian Negara-negara sedang berkembang. Hal ini disebabkan
inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian. Menurut
teori ini, ada dua hal penting dalam perekonomian Negara-negara sedang
berkembang yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu sebagai berikut:
a)
Ketidakjelasan
penerimaan ekspor
Nilai ekspor tumbuh secara lamban di
bandingkan dengan pertumbuhan sektor-sektor lain. Adapun penyebab kelambanan
tersebut adalah :
·
Di pasar dunia
harga barang-barang ekspor tersebut semakin memburuk.
·
Produksi
barang-barang ekspor tidak responsive terhadap kenaikan harga.
b)
Ketidakelastisan
penawaran atau produksi bahan makanan di dalam negeri.
Produksi bahan makanan di dalam negeri
tidak tumbuh secepat pertumbuhan penduduk dan pendapatan per kapita. Hal ini
menyebabkan harga bahan makanan di dalam negeri cenderung untuk naik, sehingga
melebihi tuntutan karyawan untuk mendapatkan kenaikan harga barang-barang lain.
Dampak yang ditimbulkan yaitu munculnya tuntutan karyawan untuk mendapatkan
kenaikan upah atau gaji. Naiknya upah karyawan menyebabkan kenaikan ongkos
produksi. Hal ini berarti akan menaikan harga barang-barang. Kenaikan harga
barang-barang tersebut mengakibatkan munculnya kenaikan upah lagi. Adanya
kenaikan upah akan diikuti oleh kenaikan harga barang-barang begitu seterusnya.
Proses ini akan berhenti apabila harga bahan makanan tidak terus naik. Namun
karena faktor strukturalis harga bahan makanan akan terus naik sehingga proses
saling dorong mendorong antara upah dan harga tersebut selalu mendapat “umpan”
baru dan tidak akan berhenti.
BAB 2
Macam - Macam Inflasi
Inflasi dapat digolongkan menjadi 2
yaitu ;
1)
Inflasi yang
berasal dari dalam negeri
Inflasi alm negeri terjadi akibat
defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan
gagalnya bursa pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi naik.
2)
Inflasi dari luar
negeri
Inflasi yang terjadi sebagai akibat
naiknya harga barang impor ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di
luar negeri tinggi atau adanya kenaikkan tarif impor barang.
Inflasi dibagi berdasarkan besarnya
cakupan pengaruh terhadap harga, yaitu ;
1)
Inflasi Tertutup
( Closed Inflation )
Jika kenaikkan harga yang terjadi hanya
berkaitan dengan satu atau dua barang
tertentu.
2)
Inflasi Terbuka (
Open Inflation )
Apabila kenaikkan harga yang terjadi
pada semua barang secara umum.
Menurut
Tingkat Keparahan atau Laju Inflasi
a)
Inflasi
ringan (creeping inflation)
Adalah inflasi yang lajunya kurang dari
10 % setahun, sehingga inflasi ini tidak begitu dirasakan. Inflasi ini sering
disebut juga inflasi yang merayap, dan tidak begitu mengganggu perekonomian
secara nasional.
b)
Inflasi sedang
Adalah inflasi yang lajunya antara
10%-30% setahun. Pada tingkatan ini mulai dapat dirasakan naiknya harga-harga meski
tidak begitu signifikan, dan jika tidak segera diatasi akan menjadi inflasi
berat.
c)
Inflasi berat
Inflasi yang lajunya berada pada batas
antara 30%-100% setahun. Pada tingkat ini harga-harga kebutuhan masyarakat naik
secara signifikan dan sulit dikendalikan. Indonesia pernah mengalami inflasi
berat pada tahun 1998. Pada waktu itu inflasi per Desember mencapai 77,63 %.
d)
Hiperinflasi (Inflasi
yang tak terkendali)
Inflasi yang lajunya berada diatas 100%
setahun. Jika setiap harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang
tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot.
Berdasarkan keparahannya inflasi juga
dapat dibedakan :
1.
Inflasi ringan
(kurang dari 10% / tahun)
2. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
3. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
4. Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)
BAB 3
Penyebab inflasi
Faktor
- Faktor Penyebab Inflasi
Inflasi mengacu pada kenaikan harga
yang menyebabkan daya beli masyarakat menurun. Ada banyak penyebab inflasi,
tergantung pada sejumlah faktor. Sebagai contoh, inflasi dapat terjadi ketika
pemerintah mencetak kelebihan uang untuk menangani krisis. Akibatnya, harga
akhirnya meningkat pada kecepatan yang sangat tinggi untuk bersaing dengan
surplus mata uang.
Penyebab umum lainnya dari inflasi
adalah kenaikan biaya produksi, yang menyebabkan kenaikan harga produk akhir.
Sebagai contoh, jika bahan baku naik harganya, ini menyebabkan biaya produksi
meningkat, yang pada gilirannya menyebabkan perusahaan menaikkan harga untuk
menjaga keuntungan. biaya tenaga kerja / upah juga dapat menyebabkan inflasi.
Inflasi juga bisa disebabkan oleh
pemberi pinjaman internasional dan hutang nasional. Negara meminjam uang,
mereka harus berurusan dengan kepentingan, yang pada akhirnya menyebabkan harga
naik. Nilai tukar juga dapat menyebabkan inflasi, karena pemerintah akan harus
berurusan dengan perbedaan dalam impor / tingkat ekspor.
Perang pun juga sering menyebabkan
inflasi, karena pemerintah harus mengembalikan uang yang dihabiskan dan
mengembalikan dana yang dipinjam dari bank sentral. Perang sering mempengaruhi
segala sesuatu dari perdagangan internasional untuk biaya tenaga kerja untuk
permintaan produk, sehingga pada akhirnya selalu menghasilkan kenaikan harga.
Efek
yang Ditimbulkan dari Inflasi
§ Efek terhadap pendapatan (equity effect)
Efek tehadap pendapatan sifatnya tidak
merata, ada yang dirugikan dan ada yang diuntungkan dengan adanya inflasi.
Seorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi.
Misalnya seorang memperoleh pendapatan tetap Rp 500.000,00 per tahun sedang laju
inflasi sebesar 10 persen akan menderita kerugian penurunan pendapatan riil
sebesar laju inflasi tersebut yaitu Rp 50.000,00.
§ Efek terhadap efisiensi (efficiency effect)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi
faktor-faktor produksi perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan
akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan
dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga dapat mengakibatkan alokasi
faktor produksi menjadi tidak efesien.
§ Efek terhadap output (output effect)
Dalam menganalisa kedua efek di atas
(equity dan efficiency effect) digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal
ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi
pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.
§ Inflasi dan perkembangan ekonomi
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak
akan mengalakkan perkembangan ekonomi biaya yang terus menerus naik menyebabkan
kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya
lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Aturan lain tujuan ini
dicapai dengan pembeli harta-harta tetap seperti tanah rumah dan bangunan. Oleh
karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan infestasi yang bersifat
seperti ini, infestasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi
menurun. Sebagai akibatnya akan lebih banyak penganguran.
Dampak
Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan
dampak negatif tergantung pada parah atau tidaknya tingkat inflasi. Apabila
inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat
mendorong perekonomian lebih baik yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan
membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
Sebaliknya dalam masa inflasi yang parah yaitu pada saat terjadi inflasi tak
terkendali (hiper inflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian
dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, investasi dan
produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap
seperti karyawan swasta serta kaum buruh akan kewalahan menanggung dan
mengimbangi harga sehingga hidup mereka semakin merosot dan terpuruk dari waktu
kewaktu.
Bagi orang meminjam uang kepada bank
(debitur), inflasi menguntungkan karena pada saat pembayaran utang kepada
kreditur nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya
kreditur atau pihak yang meminjamkan akan mengalami kerugian karena nilai uang
pengembalian lebih rendah dibanding pada saat peminjaman.
Bagi produsen inflasi dapat
menguntungkaan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi dari kenaikan biaya
produksi. Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi dapat
merugikan produsen. Secara umum inflasi
dapat mengkibatkan berkurangnya investasi disuatu negara, mendorong kenaikan
suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan
pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran,
dan merosotnya tingkat kehidupan dan
kesejahtraan masyarakat.
Dampak
Postitif Inflasi
Apabila inflasi itu ringan, justru
mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih
baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk
bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
Orang yang mengandalkan pendapatan
berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan
adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan
dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Bagi orang yang meminjam uang kepada
bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada
kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya,
kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai
uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat
menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan
biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk
melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar).
Dampak
Negatif Inflasi
Pada saat terjadi inflasi tak
terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan
lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan
investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima
pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh
juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka
menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan
untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan
menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap
saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit
berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank
yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Cara
Mencegah Inflasi
Dengan mengunakan Irving Fisher MV =
PT dapat di jelaskan bahwa inflasi timbul karena MV naik lebih cepat dari pada
T. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya inflasi maka salah satu variabel
(M atau V) harus dikendalikan. Cara mengatur vareabel M, V dan T tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan moneter, fiskal atau kebijaksanaan
yang menyangkut kenaikan produksi.
a)
Kebijaksanaan
Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter di capai
melalui jumlah uang yang beredar (M). Salah satu komponen jumlah uang adalah
uang giral (demand deposito). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara,
pertama apabila seseorang memasukkan uang kas ke Bank dalam bentuk giro,
instrumen lain yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah politik pasar
terbuka (jual/beli surat berharga). Dengan cara menjual surat berharga bank
sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi
dapat lebih rendah.
b)
Kebijaksanaan
Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan
tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung
mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga.
Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang
berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat
mengurangi permintaan total sehingga inflasi dapat ditekan.
c)
Kebijaksanaan
yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju
inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan
penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya
jumlah barang didalam negeri cenderung menurunkan harga.
d)
Kebijaksanaan
Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling
harga, serta mendasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji atau upah
(dengan demikian gaji/upah secara riil). Kalau indeks harga naik maka upah atau
gaji juga dinaikkan.
Sumber :
Casino Nights - JTM Hub
BalasHapusFind Casino Nights casino free and real money. Get the latest 성남 출장샵 bonuses 거제 출장안마 and 경상남도 출장샵 play 영천 출장안마 at JTM Casino. All 동해 출장샵 the best slot games and promotions - no spam, no pop-up ads
The King Casino Archives - Hertzaman
BalasHapusThe https://deccasino.com/review/merit-casino/ King Casino Archives, including news, articles, videos, herzamanindir.com/ address, gaming 출장안마 info, The King Casino communitykhabar & Hotel in Henderson, NV is one of the newest hotels หาเงินออนไลน์ and motels on